Review Buku The Power of Habit (Charles Duhigg)

Review Buku The Power of Habit (Charles Duhigg) – Bisa jadi beberapa dari Kamu tidak asing dengan cover dari novel ini. Jadi salah satu novel best seller hal kerutinan membuat tidak sedikit orang yang mengusulkan novel ini, tidak hanya Atomic Habits buatan James Clear.

Review Buku The Power of Habit (Charles Duhigg)

publishingcentral – Dari sana pula aku menciptakan novel ini, berasal dari membaca suatu catatan di Quora mengenai saran buku- buku yang harus dibaca paling tidak sekali sama tua hidup.

Dikutip dari hydrangeahortensi, The Power of Habit buatan Charles Duhigg( seseorang reporter analitis New York Times) ini tidak semacam novel yang tadinya sempat aku baca hal kerutinan positif. Novel Metode Kilat Melatih Kerutinan Positif Tiap hari kepunyaan Marc Reklau lebih berpusat pada permasalahan yang lazim kita temui tiap harinya, sebaliknya The Power of Habit sendiri menarangkan pangkal dari pembuatan suatu kerutinan itu sendiri, kala kita menguasai konsepnya, kita dapat menerapkannya buat mengubah seluruh kerutinan kurang baik yang kita jalani sepanjang ini.

Baca juga : Serial Novel Bumi Karya Tere Liye “Si Putih” Dan “Lumpu” Akan Rilis Versi Cetak

Apa isinya?

Dipecah jadi 3 bagian, Charles Duhigg berupaya menarangkan bila kerutinan tidak cuma Mengenai orang, melainkan melingkupi area yang lebih besar serta berakibat lebih besar. Bagian awal menarangkan hal kerutinan perorangan, bagian kedua berdialog hal kerutinan badan yang berhasil, serta bagian ketiga menarangkan mengenai kerutinan komunitas atau warga.

Yang membuat novel ini baik sesungguhnya terdapat pada gimana Charles Duhigg mengantarkan tulisannya. Dari dini aku semacam membaca suatu berkas cerpen, narasi- narasi cerita jelas mengenai riset serta riset permasalahan yang berkaitan dengan kemajuan riset hal kerutinan, bagus di tingkat orang hingga komunitas. Ilustrasinya di bagian awal, menggambarkan cerita Eugene Pauly, seseorang lanjut usia yang hadapi cidera otak yang menyebabkan beliau mengidap kepikunan. Di bagian ini Charles Duhigg menarangkan gimana seorang yang pelupa( dimohon buat mengenang data yang terkini sebagian menit diterimanya saja tidak dapat) namun mampu menempuh kegiatan tiap hari, semacam berangkat bepergian serta dapat kembali ke rumah tanpa dorongan orang lain. Charles Duhigg senantiasa memakai kisah- kisah semacam itu buat menolong para pembaca menguasai rancangan dari pembuatan kerutinan ini. Sebagian antara lain merupakan:

Gimana Pepsodent membuat kerutinan masyarakat Amerika Sindikat menggosok gigi memakai pasta gigi.

Gimana alih bentuk Buccaneers( Regu American Football) yang sebelumnya tidak sempat berhasil dapat memenangkan Luar biasa Bowl.

Gimana Alcoa( suatu industri aluminium) di mana sebelumnya kerap terjalin musibah kegiatan sampai jadi industri sangat nyaman buat pekerja.

Gimana Starbucks menghasilkan para pekerjanya kuat hempas sampai dapat membuka agen di semua bumi.

Gimana Sasaran( industri retail) dapat mengenali apa yang diperlukan pelanggannya saat sebelum pelanggannya sendiri ketahui.

Gimana suatu aksi kecil di salah satu negeri bagian dapat menghilangkan peraturan pembedaan suku bangsa di semua Amerika Sindikat.

Dari demikian banyak cerita yang dikisahkan itu, Charles Duhigg senantiasa mengatakan lingkar neurologis yang membuat suatu kerutinan. Terdiri dari Tanda- Rutinitas- Ganjaran. Bundaran itu senantiasa dipakai buat menolong para pembaca menguasai rancangan yang melatarbelakangi bermacam karena dari kerutinan yang sebelumnya kurang baik sampai hasilnya membuat kerutinan bagus.

Bimbingan pendek mengubah kebiasaan

Sehabis aku menguasai gimana daya dari suatu kerutinan dari kisah- kisah di atas, terkini di bagian sangat akhir Charles Duhigg membagikan bimbingan pendek yang dapat kita maanfaatkan buat mengubah ataupun membuat sesuatu kerutinan. Bingkai kerjanya mencakup:

Tahap SATU: Pengenalan RUTINITAS

Buat menguasai kerutinan diri kita sendiri, kita wajib mengenali bagian- bagian lingkar- lingkar kerutinan kita. Kala sudah mengenali sikap kurang baik khusus, terkini kita dapat mencari metode buat mengubahnya dengan rutinitas- rutinitas terkini. Charles Duhigg memakai ilustrasi dirinya sendiri yang mempunyai kerutinan kurang baik berangkat ke kedai serta makan biskuit coklat tiap petang yang menimbulkan berat tubuhnya naik sebagian kilo. Tradisi yang beliau jalani merupakan berdiri dari meja di petang hari, berjalan ke kedai, membeli biskuit coklat, serta menyantapnya sambal berbicara dengan sahabat.

Sehabis mengenali perihal itu, persoalan selanjutnya merupakan apa tandanya? Rasa laparkah? Rasa jenuh? Ataupun butuh rehat sejenak saat sebelum melakukan kewajiban yang lain? Tidak hanya itu apa pula ganjarannya? Biskuit itu sendiri? Ubah panorama alam? Ataupun supaya dapat berteman dengan sahabat?

Tahap 2: COBA- COBA DENGAN GANJARAN

Ganjaran sangat kokoh sebab melegakan rasa mengidam. Tetapi kita kerapkali tidak mengetahui rasa mengidam yang mendesak sikap kita. Untuk mencari ketahui rasa mengidam mana yang dapat mendesak sesuatu kerutinan khusus, terdapat manfaatnya mencoba- coba dengan ganjaran yang berbeda- beda. Ini bisa jadi berjalan sebagian hari, ataupun minggu, ataupun lebih lama lagi.

Hari awal eksperimen, sedang memakai ilustrasi yang mulanya, kala mulai merasakan desakan berangkat ke kedai serta membeli biskuit, cobalah buat mengganti tradisi alhasil mendapatkan ganjaran yang berlainan. Misalnya dari berjalan ke kedai, pergilah pergi, bepergian, serta setelah itu kembali lagi ke meja kegiatan. Apa yang diseleksi tidak hanya membeli biskuit bukanlah berarti. Intinya merupakan mencoba bermacam anggapan buat memastikan rasa mengidam mana yang mendesak tradisi.

Apakah mengidam biskuit itu sendiri ataupun rehat sejenak? Apabila betul biskuitnya, apakah sebab lapar? Jika sedemikian itu, apel pula dapat melegakan rasa laparnya. Ataukah itu sebab menginginkan energi yang berawal dari biskuit? Jika sedemikian itu kopi sepatutnya dapat menggantinya. Ataupun jalan- jalan ke kedai selaku alibi buat berteman, serta biskuit itu cumalah semata- mata alibi gampang? Jika sedemikian itu, menghadiri meja orang lain serta rumpi sebagian menit sepatutnya telah melegakan desakan itu.

BAGIAN TIGA: TEMUKAN TANDANYA

Alibi kenapa susah mengenali isyarat yang mengakibatkan kebiasaan- kebiasaan kita merupakan sebab sangat banyak data yang membombardir kita bersamaan berlangsungnya perilaku- perilaku kita. Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah memakan makan pagi pada durasi khusus tiap hari ataupun sebab lapar? Ataupun sebab jam membuktikan jam 07. 30? Ataupun sebab telah apik berias, serta dikala seperti itu kerutinan makan pagi terjalin?

Buat mengenali satu ciri di antara sedemikian itu banyak perihal yang bersliweran, kita bisa memakai sistem yang serupa dengan si pakar ilmu jiwa: Terlebih dulu mengenali kategori- kategori sikap buat diperhatikan supaya dapat menciptakan pola. Bermacam eksperimen sudah membuktikan kalau nyaris seluruh ciri untuk kerutinan bisa dikelompokkan ke dalam salah satu dari 5 jenis:

  • Lokasi
  • Waktu
  • Situasi emosional
  • Orang lain
  • Aksi yang berjalan pas sebelumnya

Jadi bila lagi berupaya menciptakan ciri dari kerutinan“ berangkat ke kedai serta membeli biskuit coklat”, tulislah 5 perihal sedemikian itu desakan itu timbul. Selanjutnya ini catatan- catatan Charles Duhigg sewaktu ia berupaya mendiagnosis kebiasannya:

  • Di mana anda?( bersandar di meja)
  • Jam berapa ini?( 15. 36)
  • Apa situasi emosionalmu?( jenuh)
  • Terdapat siapa saja di sekitar kamu?( tidak terdapat)
  • Aksi apa yang terjalin saat sebelum desakan itu?( membalas email)

Hari selanjutnya:

  • Di mana anda?( berjalan balik dari mesin duplikat)
  • Jam berapa ini?( 15. 18)
  • Apa situasi emosionalmu?( suka)
  • Terdapat siapa saja di sekitar kamu?( Jim dari bagian berolahraga)
  • Aksi apa yang terjalin saat sebelum desakan itu?( memfotokopi)

Hari ketiga:

  • Di mana anda?( ruang rapat)
  • Jam berapa ini?( 15. 41)
  • Apa situasi emosionalmu?( letih, bergairah pertanyaan cetak biru yang lagi kugarap)
  • Terdapat siapa saja di sekitar kamu?( editor- editor yang tiba ke rapat ini)

Aksi apa yang terjalin saat sebelum desakan itu?( saya bersandar sebab rapat nyaris diawali)

Sehabis 3 hari, telah lumayan nyata ciri mana yang mengakibatkan kerutinan Charles Duhigg menyantap biskuit coklat. Ia merasakan desakan buat menyantap pada durasi khusus dalam satu hari. Ia sudah memperolehnya, pada tahap kedua, kalau bukan rasa lapar yang mendesak perilakunya. Ganjaran yang ia cari merupakan pengalihan atensi sedangkan, misalnya yang didapat dari rumpi dengan sahabat. Serta ia saat ini ketahui kerutinan itu terpicu antara jam 15. 00– 16. 00.

Tahap 4: Pangkat RENCANA

Sedemikian itu kita menciptakan lingkar kerutinan kita( sudah mengenali ganjaran yang mendesak sikap, ciri yang memicunya, serta tradisi itu sendiri), kita juga dapat mulai mengganti sikap itu. Kita dapat mengganti tradisi jadi lebih bagus dengan merancang ciri serta memilah sikap yang membagikan ganjaran yang diidamkan. Yang kita butuhkan merupakan konsep.

“ Kerutinan merupakan opsi yang kita untuk dengan cara terencana di satu titik, serta setelah itu kita menyudahi pikirkan, tetapi lalu kita jalani, kerapkali tiap hari.”

Maksudnya, kerutinan merupakan metode yang otak kita simak dengan cara otomatis; Sewaktu kita memandang Ciri, kita hendak melaksanakan Tradisi supaya mendapatkan GANJARAN.

Buat merekayasa balik metode itu, kita wajib mulai membuat opsi lagi. Metode termudah melaksanakannya merupakan mempunyai konsep. Misalnya kerutinan Charles Duhigg makan biskuit masing- masing petang. Dengan memakai kerangka kegiatan ini, ia menekuni kalau tandanya merupakan kurang lebih jam 15. 30. Ia ketahui rutinitasnya merupakan berangkat ke kedai, membeli biskuit, serta rumpi dengan sahabat. Sehabis lewat coba- coba, ia sukses mengenali kalau tidaklah biskuitnya yang ia idamkan, melainkan pengalihan atensi sejenak serta peluang buat bersosialisasi. Hingga, Charles Duhigg menulis konsep ini:“ Tiap hari, pada jam 15. 30, saya hendak berjalan ke meja sahabat serta rumpi sepanjang 10 menit.” Buat memastikannya ingat melaksanakan itu, ia memasang sirine di arloji supaya bersuara jam 15. 30.

Rencananya tidak langsung sukses. Terdapat sebagian hari kala Charles Duhigg amat padat jadwal serta melalaikan sirine itu, serta setelah itu justru membeli biskuit lagi. Pada waktu- waktu lain, ia merasa repot buat mencari sahabat yang dapat dibawa rumpi, lebih gampang mendapatkan biskuit, hingga ia juga berserah pada desakan itu. Tetapi pada hari- hari kala ia menjajaki rencananya( kala sirine berdering, ia mendesakkan diri berjalan ke meja sahabat serta rumpi 10 menit), ia mengalami kalau ia merasa lebih bagus kala profesi di hari itu selesai. Ia tidak berangkat ke kedai, ia tidak menyantap biskuit, serta nyatanya ia serius saja. Pada kesimpulannya, perihal itu juga jadi otomatis: kala sirine bersuara, ia mencari sahabat serta pada akhir durasi kegiatan merasakan kebahagiaan kecil tetapi jelas sebab sukses melaksanakan suatu. Sehabis sebagian minggu, ia hampir tidak mempertimbangkan lagi mengenai rutinitasnya. Serta kala ia tidak dapat menciptakan orang yang dapat dibawa rumpi, ia berangkat ke kedai serta membeli teh yang lalu ia minum bersama sahabatnya.

Seluruh itu terjalin 6 bulan yang kemudian kala Charless Duhigg menulis novel The Power of Habit ini. Ia telah tidak mempunyai arloji, telah lenyap. Tetapi pada dekat 15. 30 tiap hari, bagaikan tidak siuman, ia berdiri, memandang berkelana ruang informasi buat mencari orang yang dapat dibawa rumpi, menghabiskan 10 menit rumpi hal informasi, serta setelah itu kembali lagi ke mejanya. Perihal itu terjalin hampir tanpa ia pikirkan. Itu sudah jadi kerutinan.

Baca juga : Review Buku “Dilarang Mengutuk Hujan” Iqbal Aji Daryono

Bisa jadi mengganti sebagian kerutinan dapat jadi lebih susah. Tetapi kerangka kegiatan ini merupakan titik dini. Sering- kali pergantian menginginkan durasi lama. Sering- kali pergantian menginginkan eksperimen serta kekalahan berkali- kali. Tetapi sedemikian itu kita menguasai gimana kerutinan bertugas( mendiagnosis ciri, tradisi, serta ganjaran), kita juga mendapatkan daya atasnya.

Sesungguhnya bimbingan pendek di atas cuma semacam suatu penegas dari totalitas isi novel ini, sebab cuma membaca bimbingan itu bagi aku tidak lumayan buat betul- betul menguasai dengan cara mendalam daya dari suatu kerutinan. Kisah- kisah yang di informasikan oleh Charles Duhigg itu sendiri yang menyadarkan aku alangkah berartinya menguasai rancangan dari pergantian kerutinan, lebih persisnya khasiat yang dapat ditimbulkan kala telah dapat sedikit untuk sedikit mengganti kebiasaan- kebiasaan kurang baik jadi kerutinan bagus.

BACK TO TOP